Kamis, 14 Oktober 2010

Industri senyum ke(tak)tulusan



Tiap hari ketika kita memasuki tempat tertentu seperti maltoko,,bank,waralaba,dan tempat lainya pasti kita akan menjumpai senyum yang menarik. apalagi yang memberikan senyum adalah wanita jelita nan mempesona pasti kita akan senang. kadang hal seperti inilah yang membuat kita merasa nyaman dan betah berada di tempat-tempat seperti. keramahan adalah no.1 sebagai bentuk pelayanan yang terbaik. apalagi bangsa kita di kenal sebagai bangsa yang terkanal akan keramahanya. sehingga karena keramahan ini bangsa kita di jajah cukup lama,ratusan tahun bung.begitu lah catatan sejarah mencatatnya.

Tak ada yang salah dengan keramahan dan senyum dari wanita-wanita cantik yang kita jumpai di tempat-tempat di atas. namun,kadang saya berpikir dan tersadar ada sesuatu di balik senyum tersebut.mungkin anda pun pernah terpikir seperti saya. senyum tersebut tidak alami, ada kesan ketaktulusan
yang tertangkap. senyum tersebut dilakukan karena tuntutan profesi. bahkan para pegawai-pegawai di suatu perusahaan ditraining khusus bagaimana cara senyum baik dan menarik. senyum yang di produksi secara tak alami,bisa saja kita menyebutnya demikian.
Dan tidak salah pula ketika senyum tersebut merupakan sesuatu yang tidak alami. toh, dengan senyum yang ramah itu kita merasa nyaman dan dihargai. namun, satu hal mengganggu pikiranku adalah kadang keinginan untuk mendapatkan senyum yang tulus,senyum yang tak dipaksa oleh sesuatu muncul. senyum tersebut adalah senyum alami.




Kapitalisme melahirkan senyum ketaktulusan
Kesimpulan bahwa kapitalisme melahirkan senyum ketaktulusan mungkin bisa dianggap sebagai kesimpulan yang terburu-buru. namun ini adalah sebuah tesa awal yang akan memunculkan antitesis baru dari siapapun yang menyanggahnya. setidaknya begitulah Hegel seorang filosof jerman memunculkan dialektikanya beberapa tahun silam.
kapitalisme mengharuskan persaingan masing-masing individu (perusahaan swasta) dalam berusaha meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. setidaknya dengan memberikan kebebasan pada pasar maka akan tercipta kemakmuran bagi para pelakunya. inilah gambaran sederhana dari kapitalisme.

Persaingan dunia usaha yang ketat dari sistem kapitalisme melahirkan strategi jitu untuk memberikan kepuasaan pada pelanggan. strategi tersebut bermacam-macam, dan salah satunya adalah memberikan keramahan dan kenyamanan. senyum merupakan senjata untuk menunjukan keramahan. setidaknya keramahan a la indonesia.

begitulah gambaran hubungan singkat antara produksi industri senyum ketaktulusan dan kapitalisme. tentu saja tulisan ini bukanlah suatu penghakiman pada kapitalisme. ini hanyalah merupakan ungkapan kerinduan pada senyum yang tulus,senyum yang alami. dan, tiba-tiba saja saya teringat beberapa saat bulan Ramadhan beberapa tahun silam, senyum yang diberikan oleh seorang nenek penjual kelapa muda dengan gerobaknya setelah penulis membeli kelapa mudanya untuk berbuka. saya yakin senyum tersebut adalah alami. ada ketulusan dibalik sunggingan bibirnya,senyum yang tidak terpaksa oleh apapun. senyum yang tidak pernah diperintah atau instruksi oleh siapapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar