Sabtu, 03 April 2010

Jeda dan perenungan (Kontemplasi)

Jeda ataupun istrahat merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu bagi yang penuh dengan aktivitas keseharian yang padat dan melelahkan. apalagi bagi seorang mahasiswa seperti saya ini yang menyibukan diri dengan kegiatan perkuliahan, praktek laboratorium, ataupun kadang praktek lapangan (Field Trip) belum lagi mengurus hal-hal lainya seperti aktivitas keorganisasian dan sebagainya. sehingga tidak berlebihan kalo libur atau tanggal merah merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu. setidaknya cukup dinikmati sebagai penantian yang tidak mahal,gratis malah. walaupun setiap minggu kita telah disediakan hari minggu ditambah lagi hari sabtu sebagai momen penantian tersebut. seperti hari ini, sejak 2 hari yang lalu mulai jum'at (2/4/10) sampai besok tetap libur.

begitu pula perenungan-contemplation-atau kontemplasi (merujuk pada kata serapan indonesianya) merupakan hal yang kadang berjalan beriringan bersama. seharusnya jeda merupakan saat-saat kita merenung sebagai evaluasi, ataupun sebagai momen perencanaan kedepan yang akan dilakukan. bahkan saat kontemplasi tersebutlah ilham, gagasan, ataupun mahakarya tercipta. bukankah "Nyanyi seorang bisu, dan Bumi Manusia"-nya Pramoedya A.T
tercipta saat dia di"istrahatkan" di Digul begitu pula Madilog-nya Tan Malaka dibuat saat dia lagi "jeda", saat dia dalam kejaran Belanda kala itu. Belum lagi "Long way to freedom"nya Nelson mandela tercipta juga saat dia lagi dipenjara.

hal lain yang lahir dari kontemplasi-kontemplasi manusia agung di muka bumi ini adalah Ibrahim, Yunus dan Muhammad SAW memperoleh pencerahan saat mereka dalam kondisi kontemplasi. Ibrahim dengan pencarian tauhidnya dengan melihat fenomena alam saat di Gua, Yunus dengan ikan pausnya dan sang Manusia Agung Muhammad SAW saat penyendirianya di Gua Hira. satu hal yang bisa ditarik adalah ada keterkaitan menarik antara kontemplasi(perenungan) dengan great idea (ide agung) yang tentunya juga dilahirkan dari manusia-manusia agung.

satu hal lagi yang perlu di perhatikan lagi adalah mahakarya tidaklah harus tercipta melalui kondisi negatif seperti penjara ataupun dalam kondisi pengejaran musuh atau mahakarya tidak tertutup bagi manusia biasa saja (ordinary people). Intinya adalah Kontemplasinya (perenunganya). banyak metode untuk hal tersebut mulai dari kebiasaan pribadi ataupun konstruksi budaya atau agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar