Rabu, 03 November 2010

Hati nuraniku dan nuranimu



Seorang sufi yang bernama Suhrawardi pernah mengatakan kepada para muridnya, “jagalah dirimu seperti landak menjaga dirinya. Ia melindungi perutnya dengan merapat ke tanah dan melindungi punggungnya dengan duri-duri keras, sehingga bagian dalamnya terjaga dan bagian luarnya terlindungi. Minumlah pahitnya dunia agar kamu hidup sejahtera, dan cintailah kematian supaya kamu berumur panjang.”
Rasanya, disaat jatidiri insaniah sedang terancam kehancuran akibat berbagai serbuan krisis rohani dan jasmani, wasiat para pemuka kaum bijak ini layak dicamkan dengan seksama. Sebab, menurut Sigmund Freud, perilaku manusia adalah hasil interaksi Id, Ego, dan superego. Id, atau istilah agamanya adalah hawa nafsu, menyimpan dorongan-dorongan biologis, berupa libido yang merupakan insting reproduktif serta konstruktif, dan Thanatos yang bersifat agresif dan destruktif.
Celakanya, Id selalu ingin segera melampiaskan kebutuhanya, tanpa peduli bagaimana caranya, yang penting
enak dan puas. Dalam istilah Imam Ghazali disebut nafsu hewani. Untung Tuhan mengaruniakan Ego, yang menjembatani desakan Id dengan rasionalitas dan realita.
Seperti pada waktu seorang pejabat digoda pengusaha untuk meluluskan proyek kongkalingkong, padahal pengawasan sedang dilakukan oleh satuan pengawas korupsi (KPK ataupun kejaksaan) dengan ketat. Ego melarang, jangan teruskan, tertangkap basah kamu nanti. Hasilnya memang baik, tak terjadi kebocoran kas Negara, Cuma motivasinya yang kelewat rendah, gara-gara si pejabat takut masuk penjara.
Pertanyaan kita, apakah manusia cukup membentengi dirinya dengan Ego saja? Disimak dari contoh diatas, kelas Ego hanya setingkat diatas kelas binatang, sebab si pelaku baru takut berbuat kalau terjadi suatu keadaan yang tidak memungkinkan, persisi kucing yang tidak berani memakan ikan karena takut melihat si pembantu lagi memegang tangkai sapu. Padahal kata Tuhan, “Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam susunan yang sempurna.” (QS 95:4)
Bandingkan umpamanya dengan doa seorang sufi wanita dari Bashrah, Rabiah Al-Adawiyah, “Tuhanku, jika aku beribadah karena takut akan neraka-MU, jerumuskan aku ke dalam api jahanam sepanjang masa. Jika aku beribadah karena-MU karena menginginkan surga-MU, tutup pintunya rapat-rapat supaya aku tidak masuk kedalamnya. Tetapi jika aku beribadah kepada-MU karena aku mencinta-MU, jangan kau tolak kerinduanku kepada-MU.”
Maka atas kearifanNYA, Tuhan memberikan Superego yang menjelma sebagai pengawal kepribadian. Ia adalah lumatul malaikat, atau bisikan malaikat, berupa hati nurani, yaitu internalisasi dari norma-norma sosial kultural masyarakat, dan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Tatkala seorang pejabat digoda oleh pengusaha untuk ber-KKN (korupsi,kolusi, dan nepotisme),ia menolak demi kepentingan rakyat, bangsa, dan Negara, meskipun pengawasan sedang longgar, itulah hati nurani.
Karunia Tuhan paling tinggi ini, sebetulnya tak bisa mati hanya, seringkali dilumpuhkan oleh akumulasi maksiat dan dosa. Jadi, yang perlu dilakukan adalah mencegah agar akal tidak diperbudak oleh hawa nafsu, sebagaimana yang ditekankan oleh Abu Bakar RA : ”Beruntung sekali orang-orang yang akalnya menjadi panglima dan hatinuraninya menjadi kesaktian atau senjatanya dan hawa nafsunya menjadi pecundang dan pesakitan, dan sangat celaka orang-orang yang mengangkat hawa nafsunya menjadi maharaja sedangkan akal dan hatinuraninya menjadi tawanan.” Namun, yang menjadi pertanyaan untuk kita sekarang adalah dimana posisi akal dan hatinurani kita? Apakah sebagai panglima atau tawanan bagi hawa nafsu?

4 komentar:

  1. wuihhh...berat-beratnya tulisannya...ckckc

    pernahka baca sekilas tentang 3 hal ini.
    singkatnya bede'. Jalaluddin Rakhmat kasi contoh. Jika sekertaris di kantor cantik, maka Id, "cium dia!!", tapi kata ego, "cek dulu, apakah dia juga suka pada Anda!". kata super-ego, "haram Anda melakukannya!"..

    BalasHapus
  2. berapa kilo bde'??
    tulisan ini terinspirasi dari tulisanya abdurrahman arroisi.

    BalasHapus
  3. entahlah...saya harus mencerna baik-baik untuk mengerti tulisan Anda...

    BalasHapus
  4. nah tulisan di atas gampangji dicerna..

    BalasHapus